Sabtu, 29 September 2012
Metafora Senja Ini
Sedari tadi menghabiskan beberapa jam di dalam ruang persegi bernuansa keunguan, yang tak lain dan tak bukan adalah kamar saya.
Di depan mataku terpajang laptop yang hingga detik dimana deretan huruf ini kurangkai menjadi kalimat utuh masih bertengker dihadapanku.
Sering kali aku laptop pemberian orang tuaku dengan segala usaha mereka ini mengalami masalah pada umumnya. White-blank. Tiba-tiba layar menjadi putih dan abracadabra! Semuanya menjadi tidak berfungsi. Untunglah tidak ada pekerjaan penting selain berselancar di dunia maya yang sedang kulakoni. Tapi alhasil aku harus melepaskan baterai berbobot dari dalam wadahnya, untuk melakukan tindakan tercepat menormalkan laptop dengan aman.
Dari ini timbul metafor kecil di dalam benakku. Metafor hasil fermentasi laptop dan baterai yang terlepas.
Ya, kita mirip sekali dengan laptop hitamku ni.
Kita hanya berbobot dan bernilai ketika baterai itu ada dalam kita, dan bersingkronasi menghasilkan formula baik untuk menghidupkan tiap perangkat lunak dalam 'laptop' kita.
Sama halnya dengan hidup, hidup akan berbobot dan bernilai ketika ada Tuhan dalam diri kita. Jika berfikir ini adalah ceramahan khas pemuka agama atau renungan harian, itu salah! Bahkan aku sendiri tak yakin apa jika titik terakhir di entri ini kutulis dan Yang Maha menghubungiku aku akan masuk surga. Kemungkinan masuk alam merah jauh lebih besar.
Tuhan adalah pusat penggerak, pokok energi kita. Mungkin perangkat keras lain adalah otaknya sama seperti kekuatan kita pribadi, tapi itu hanya akan menjadi 0 ketika baterai kita, yang dalam konteks ini adalah Tuhan tidak hadir dan ada dalam kita. Ketika White-Blank, saat dimana kamu telah menggunakan dirimu di luar batas yang kamu sendiri ketahui, satu-satunya jalan yang bisa kamu tempuh adalah.. Mereka ulang hubunganmu dengan bateraimu, dengan Tuhan-mu. Merenungkan apa yang telah kamu lupakan dan belum kamu lakukan, menjalankan apa yang bahkan kamu tahu tapi malas untuk melakukan, dan membagikan itu tidak hanya pada cakupan dimana eksistensimu diakui secara utuh, tapi juga di luar itu. Di luar cakupan itu, melampui safety zone. Jangan hanya menunjukkan hasil perenungan dan perbuatanmu dilingkungan sesama keyakinanmu atau keluargamu saja, tapi tunjukkan pada orang lain juga. Orang yang tidak peduli dari keyakinan mana, kalangan mana, ataupun suku berbangsa dan berbahasa mana.
Jadi apakah bisa mulai sekarang mulai enggunakan energi dalam baterai itu tidak hanya untuk mengakomodasi keuntungan pribadi, tapi mendonasi kepentingan orang lain dalam kapasitas bersama?
Jasmine♥
Selasa, 25 September 2012
Satu
Menjadi satu bagian dari kesatuan
itu indah
tapi itu juga membeban pundak
itu manis
tapi bersakit itu wajar
Menjadi satu bagian dari kesatuan
itu pengalaman
tapi itu juga jegalan masa depan
itu anugerah
tapi tak jarang membentuk satu ketidaksatuan dalam singkronisasi alam
Menjadi satu bagian dari kesatuan
aku tidak pernah berpikir
tapi akhirnya terjadi
aku tidak pernah berandai
tapi kini berada dalam pangkuan
Menjadi satu bagian dari kesatuan
ketika kemusafiran hidup itu nyata
dan kemaklumatan mimpi itu semu
bertahan dalam kesatuan itu.. alamiah.
Langganan:
Postingan (Atom)